Tuesday, July 25, 2006 

Masih beranikah bermaksiat ??

Sebuah kisah yang patut kita renungi dengan harapan kita khan terjaga dari hal-hal yang menjerumuskan kita pada kemaksiatan..

Pada suatu hari Ibrahim bin Adham didatangi oleh seorang lelaki yang gemar melakukan maksiat. Lelaki tersebut bernama Jahdar bin Rabi'ah. Ia meminta nasehat kepada Ibrahim agar ia dapat menghentikan perbuatan maksiatnya. Ia berkata, "Ya Aba Ishak, aku ini seorang yang suka melakukan perbuatan maksiat. Tolong berikan aku cara yang ampuh untuk menghentikannya!"

Setelah merenung sejenak , Ibrahim berkata, "Jika kau mampu melaksanakan lima syarat yang kuajukan, aku tidak keberatan kau berbuat dosa."

Tentu saja dengan penuh rasa ingin tahu yang besar Jahdar balik bertanya, "Apa saja syarat-syarat itu, ya Aba Ishak?"


"Syarat pertama, jika engkau melaksanakan perbuatan maksiat, janganlah kau memakan rezeki Allah," ucap Ibrahim.
Jahdar mengernyitkan dahinya lalu berkata, "Lalu aku makan dari mana? Bukankah segala sesuatu yang berada di bumi ini adalah rezeki Allah?"
"Benar," jawab Ibrahim dengan tegas."Bila engkau telah mengetahuinya, masih pantaskah engkau memakan rezeki-Nya, sementara Kau terus-menerus melakukan maksiat dan melanggar perintah-perintahnya?"
"Baiklah," jawab Jahdar tampak menyerah.

"Kemudian apa syarat yang kedua?": tanya Jahdar
"Kalau kau bermaksiat kepada Allah, janganlah kau tinggal di bumi-Nya," kata Ibrahim lebih tegas
Syarat kedua membuat Jahdar lebih kaget lagi . "Apa? Syarat ini lebih hebat lagi. Lalu aku harus tinggal di mana? Bukankah bumi dengan segala isinya ini milik Allah?"
"Benar wahai hamba Allah. Karena itu, pikirkanlah baik-baik, apakah kau masih pantas memakan rezeki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, sementara kau terus berbuat maksiat?" tanya Ibrahim.
"Kau benar Aba Ishak," ucap Jahdar kemudian.

"Lalu apa syarat ketiga?" tanya Jahdar dengan penasaran.
"Kalau kau masih bermaksiat kepada Allah, tetapi masih ingin memakan rezeki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, maka carilah tempar bersembunyi dari-Nya."
Syarat ini membuat lelaki itu terkesima. "Ya Aba Ishak, nasihat macam apa semua ini? Mana mungkin Allah tidak melihat kita?"
"Bagus! Kalau kau yakin Allah selalu melihat kita, tetapi kau masih terus memakan rezeki-Nya, tinggal di bumi-Nya, dan terus melakukan maksiat kepada-Nya, pantaskah kau melakukan semua itu?" tanya Ibrahin kepada Jahdar yang masih tampak bingung dan terkesima. Semua ucapan itu membuat Jahdar bin Rabi'ah tidak berkutik dan membenarkannya.

"Baiklah, ya Aba Ishak, lalu katakan sekarang apa syarat keempat?"
"Jika malaikat maut hendak mencabut nyawamu, katakanlah kepadanya bahwa engkau belum mau mati sebelum bertaubat dan melakukan amal saleh."

Jahdar termenung . Tampaknya ia mulai menyadari semua perbuatan yang dilakukannya selama ini. Ia kemudian berkata, "Tidak mungkin... tidak mungkin semua itu aku lakukan."

"Wahai hamba Allah, bila kau tidak sanggup mengundurkan hari kematianmu, lalu dengan cara apa kau dapat menghindari murka Allah?"

Tanpa banyak komentar lagi, ia bertanya syarat yang kelima, yang merupakan syarat terakhir. Ibrahim bin Adham untuk kesekian kalinya memberi nasihat kepada lelaki itu.
"Yang terakhir, bila malaikat Zabaniyah hendak menggiringmu ke neraka di hari kiamat nanti, janganlah kau bersedia ikut dengannya dan menjauhlah!"

Lelaki itu nampaknya tidak sanggup lagi mendengar nasihatnya. Ia menangis penuh penyesalan . Dengan wajah penuh sesal ia berkata, "Cukup...cukup ya Aba Ishak! Jangan kau teruskan lagi. Aku tidak sanggup lagi mendengarnya. Aku berjanji, mulai saat ini aku akan beristighfar dan bertaubat nasuha kepada Allah."

Jahdar memang menepati janjinya. Sejak pertemuannya dengan Ibrahim bin Adham, ia benar-benar berubah. Ia mulai menjalankan ibadah dan semua perintah-perintah Allah dengan baik dan khusyu'.

Dikutip dari : Milis RAMA

*baca lanjutanna!

Monday, July 03, 2006 

Sudah siapkah untuk " UAS " ??

Aduh.. baru sempet nulis lagi nich..Mudah-mudahan bermanfaat..
Dalam perjalanan hidup kita banyak sekali kita alami bermacam frase kehidupan yang terkadang hal tersebut saling bertolak belakang satu dengan yang lainnya.. antara suka duka, mudah susah , dan sebagainya.. yang saling menorehkan warna dalam perjalanan hidup kita ini.

Seiring bergulirnya waktu dan berkurangnya jatah usia kita, tak terasa semakin dekat diri kita menghadapi UAS ( eits entar dulu UAS disini bukan " Ujian Akhir Semester " seperti anak sekolahan lhoh..). Tetapi UAS yang dimaksud disini adalah " Ujian Amaliyah Seseorang " yang diadakan dan dinilai oleh Allah SWT dengan manusia sebagai pesertanya, dan para malaikat sebagai pengawas dan pengujinya. Ujian ini diadakan atau dilaksanakan ketika manusia telah menemui ajalnya alias meninggal. Serta waktu awal pelaksanaanya adalah ketika kita telah dikuburkan dan para pengantar jenazah telah tujuh langkah meninggalkan kita sendirian di peristirahatan terakhir alias koeboeran, dengan malaikat Mungkar dan Nakir sebagai pengujinya.


Seperti halnya UAS disekolah, ketika pelaksanaan ujian tiba kedua malaikat mulai mendatangi kita untuk menguji kendali mutu amal-amal kita selama didunia. kedua malaikat datang dengan kondisi dan rupa yang berbeda, mereka akan berwajah cerah dan bersahabat untuk manusia yang beramal sholeh dan berwajah menyeramkan serta geram untuk yang beramal salah/buruk , dan akan langsung memberikan pertanyaan esay kepada kita untuk dijawab oleh kita dengan lugas dan tepat. Sang penguji akan memberikan respon langsung atas jawaban yang kita berikan padanya.berbeda dengan saat disekolah dulu bapak pengawas tidak bertanya langsung tetapi memberikan secarik kertas soal pada kita entah itu esay ataupun multiple choices ( he..he.. maklum masih anak sekolah nich ) dan hasilnya akan dikumpul tanpa kita mengetahui berapa nilai yang kita dapatkan.

Memang kita tidak dapat menyamakan antara UAS saat kita sekolah didunia yang fana ini dengan UAS ala Allah SWT. tapi marilah kita telaah kembali ada beberapa hal yang dapat kita renungkan dan kita ambil pelajaran dari UAS saat kita disekolah sebagai bahan persiapan kita untuk UAS yang akan kita hadapi di akhir hayat kita nanti.untuk itu marilah sama sama kita renungkan beberapa point berikut :
  • Untuk menghadapi UAS disekolah yang akan tiba beberapa hari sebelumnya kita sudah menguras pikiran untuk belajar dengan harapan agar kita dapat lebih siap menghadapi Ujian disekolah nanti bahkan kita sampai" mengurung diri dikamar dengan ditemani buku-buku pelajaran yang kita baca. Adakah terbesit dalam benak kita kalo nanti diakhir hayat kita akan kembali menghadapi UAS dr Allah ? , yang kita tidak tahu kapan waktu pelaksanaannya. entah hari ini , esok atau lusa ?. ataukah bulan ini, bulan depan, atau akhir bulan ? atau mungkin detik ini, 5 menit kemuka, atau 1 jam lagi ?. Sungguh kita tidak akan tahu kapan kita mati dan menerima ujian itu, mari tanyakan pada diri kita, apa yang sudah kita siapkan apabila kita harus menjalani UAS dr Allah ternyata tidak lama lagi ???

  • Saat UAS disekolah tiba kita sudh mulai dihadapkan kepada beberapa soal yang harus jawab dengan beberapa orang guru/ dosen selalu mengawasi kita. siapa yang paling keras belajarnya itulah yang akan maksimal jawabannya,meskipun tidak menutup kemungkinan yang males belajarnya mendapatkan hasil yang baik dengan cara menyontek ( he.. he.. pengalaman nich ye.. ), atau mungkin sang dosen pengawas terlalu baik hati sama kita, sehingga kita diberi peluang untuk mencontek. Tapi Ingatlah saat UAS di alam kubur nanti, kita tidak bisa mencontek siapapun karena hanya kita dan amaliyah yang ada. Berhasil atau tidaknya kita menjawab tergantung maksimal atau tidaknya amal ma'ruf kita didunia ini. Lisan ini akan lancar menjawab apabila amal baik dan ibadah kita yang dominan berperan, tapi Lisan ini kan terkunci apabila amal munkar kita yang dominan. Dan ketahuilah oleh kita bahwa sang Pengawas ( Malaikat Mungkar dan Nakir ) tidak akan pernah lengah atau tertidur dalam mengawas dan menguji kita nanti. Muncul pertanyaan kembali " Sudah siapkah kita ?? ".

  • Setelah kita selesai Ujian di sekolah, umumnya kita akan merasa bebas dan senang seolah kita sudah melewati suatu beban berat yang selama ini bercokol dalam pikiran kita. Kita tinggal menunggu hasil ujian yang akan dinilai oleh Tim penilai yang telah ditunjuk oleh Instansi. Apabila baik akan dinyatakan naik kelas atau lulus. bila tidak, masih ada kesempatan untuk memperbaiki melalui heer atau ujian perbaikan. Tapi sudahkah kita renungkan bahwa setelah kita diuji Oleh Sang penguji dialam kubur nanti. kita akan dihadapkan pada penantian dan kecemasan akan nasib kita. Karena Allah lah yang akan menentukan apakah kita akan lulus ataupun tidak. Dengan keRidhoan-Nya seseorang yang lulus akan dimasukan kedalam barisan ahli surga yang akan menempati tempat yang sangat kita idam-idamkan yaitu Surga dan kekal didalamya. Sedangkan bagi yang tidak lulus dan tak mendapat keridhoanNya akan masuk kedalam neraka sesuai dengan tingkatan ketidak lulusannya. tidak ada lagi heer atau perbaikan seperti didunia. Kembali kita tanyakan pada diri kita. " apakah sudah siap kita untuk itu"???
Mudah- mudahan tulisan ini dapat menumbuhkan ghirah ane khususnya dan juga kita semua untuk lebih berserah diri pada-Nya. seraya menambah dan menambah lagi keimanan dan ketaqwaan dengan selalu beribadah dan beramal ma'ruf nahi Munkar. Sekian Wallahu 'alam..


Saeppudin ( Adin ) 10 :07 Pm

*baca lanjutanna!

Renungan


>> Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orng lain

>> Tiada mutiara seindah lantunan do'a pada Ilahi

>> Ketahuilah sesama muslim itu bersaudara

>> Senyumlah kepada saudaramu sebagai suatu ibadah ringan yang kamu lakukan

>> Allah SWT menyukai keindahan

>> Sampaikanlah suatu kebenaran walaupun itu terasa pahit bagi dirimu


Salam Kenal




  • Ane Unknown
  • From
*selengkapnya



^_^ Anda Pengunjung ke..

Sekapur sirih


    Nama :
    Email/Blog :
    Pesan :

Links




Member Of


Powered by Blogger
and Blogger Templates