Sahabat adalah kebutuhan jiwa, yang mendapat imbangan.
Dialah ladang hati, yang dengan kasih kau taburi,
Dan kau pungut buahnya penuh rasa terima kasih.
Dia pulalah naungan sejuk keteduhanmu,
Sebuah pendiangan demi kehangatan sukmamu.
Karena kau menghampirinya di kala hati gersang kelaparan
Dan mencarinya di kala jiwa membutuhkan kedamaian.
Bila dia bicara, menyatakan fikirannya,
Kau tiada menakuti bisikan tidak’ di kalbumu sendiri,
Pun kau tiada takut melahirkan kata ya’;
Dan bilamana ia diam, terbungkam tanpa bicara,
Hatimu tiada kan henti, mencoba menangkap bahasa hatinya.
Karena dalam rangkuman persahabatan, tanpa kata,
Segala fikiran, harapan dan keinginan,
Dicetuskan bersama dan didukung bersama,
Dengan sukacita yang utuh, pun tiada disimpan.
Di saat berpisah dengan teman, kau tiada kan berduka cita;
Sebab apa yang paling kau kasihi darinya,
Amatlah mungkin lebih cemerlang dari kejauhan.
Sebagaimana sebuah gunung, nampak lebih agung,
Dari tanah ngarai daratan.
Janganlah ada tujuan lain dari persahabatan,
Kecuali saling memperkaya kejiwaan.
Sebab kasih yang masih mengadung pamrih,
Di luar misterinya sendiri,
Bukanlah kasih, namun jaring yang ditebarkan,
Hanya akan menangkap yang tiada diharapkan.
Persembahkanlah yang terindah demi persahabatan;
Jika dia harus tahu musim surutmu,
Biarlah dia mengenal pula musim pasangmu.
Sebab, siapakah sahabat itu, hingga kau hanya mendekatinya
Untuk bersama sekedar akan membunuh waktu?
Carilah ia, untuk bersama: menghidupkan sang waktu!
Sebab dialah orangnya untuk mengisi kekuranganmu,
Bukannya untuk mengisi keisenganmu.
Dan dalam kemanisan persahabatan,
Biarkanlah ada tawa-ria kegirangan,
Berbagi duka dan kesenangan,
Sebab dari titik-titik kecil embun pagi,
Hati manusia menghirup fajar hari,
Dan menemukan gairah segar kehidupan.
*baca lanjutanna!